Tuesday, September 1, 2009

bendera perdamaian

dari tanjungpinang, saya meluncur menuruni tikungan batas kota tanjungpinang dan kabupaten bintan. lah, kok ramai banget. tepat di atas dam sei pulai, puluhan taksi yang biasanya saya lihat mangkal di kijang memarkir diri dengan rapi di seberang kanan dan kiri jalan raya. inilah buntut ketidaktegasan pemerintah ketika berhadapan dengan nasib supir taksi.

dengan jelas saya mendengar seorang supir berkata, "inilah yang harus ditanggung supir taksi, ditanggung orang miskin macam kami." mengapa sih mereka ini? sebelumnya, mereka berunjukrasa di gedung dprd provinsi kepri, minta agar keadilan ditegakkan. pasalnya, saat itu masih saja supir dari kota tanjungpinang membawa penumpang memasuki wilayah kabupaten bintan. dan supir taksi di bintan pun protes. akhirnya ya itu tadi, mereka membangun terminal bayangan di sei pulai.

yang menarik perhatian saya, bendera perdamaian yang diikatkan pada bodi sebuah taksi yang naudzubillah bentuknya. pasti pemiliknya juga sudah bosan setiap hari harus mengendarai taksinya itu. butut, kuno, penumpang juga akan memilih kendaraan lain kecuali terpaksa. namun apa mau dikata, hanya itulah modalnya untuk mencari sesuap nasi bagi keluarganya.

biasanya bendera merah putih. kali ini banner seorang anggota dewan yang periode ini terpilih kembali melenggang ke kursi senayan mewakili kepri. mungkin supir taksi berharap, dengan memajang banner yang dialihfungsikan sebagai bendera itu wakil rakyat tadi merasa terpanggil lalu turun membantu menuntaskan masalah ini. ketika angin bertiup, saya pun melihat dengan jelas gambar pejabat itu.

akankah para pejabat lebih memilih hati untuk menyelesaikan konflik taksi atau bersikap santai seolah-olah tiada sesuatu terjadi?

No comments:

Post a Comment