Wednesday, April 29, 2009

Belasan Kilometer Jalan Kaki

Meski belasan kilometer ditempuh, bukan berarti belasan rezeki didapatkan setiap hari. Toh, Ujang (22), sudah bertekad meninggalkan kampungnya di Garut, Jawa Barat, delapan tahun silam untuk merantau ke Tanjungpinang. Berapa pun rezeki diberikan Tuhan, ia setia menyusuri gang-gang kecil, trotoar jalan raya sambil berteriak: sol sepatu!

Bagi lulusan SMP ini, hidup itu sederhana. "Saya bisa makan setiap hari sudah bersyukur. Biasanya kalau saya syukuri, akhir bulan ada sisa sedikit buat orangtua di kampung," kata bungsu dari tiga bersaudara yang dua kakak iparnya juga menekuni sol sepatu, beberapa hari lalu di Ganet, Batu 12, Tanjungpinang.

Saat itu Ujang tengah menjahit dua sandal milik warga. Sebuah kotak kayu kecil, berbentuk kubus dengan ukuran tak lebih dari 20 sentimeter menjadi tempat duduknya. Sebuah kotak kayu yang sama terletak di depannya. Ada bagian yang terbuka, tampak alat pengait, pisau, lem karet, dan gulungan tali berserakan di dalamnya. Bila tengah dipikul, bagian atas kotak biasanya sebagai tempat menaruh lembaran karet bahan dasar alas sepatu atau sandal.

Rezeki tukang sol sepatu tak ubahnya air lautan, pasang dan surut. Dalam kondisi surut, yang dicari Ujang bukan lagi sisa uang untuk tabungan, "Hanya mencari satu atau dua orang yang menjahit sepatu atau sandalnya. Biar lepas untuk biaya makan hari itu. Masalahnya kan saya tidak masak sendiri, saya jajan di warung. Sambil istirahat setelah keliling jalan kaki."

Biasa bagi Ujang menempuh perjalanan dari Ganet ke pasar di Jalan Merdeka. Meski lewat jalan-jalan kecil memintas, masih jauh juga bagi mereka yang tak terbiasa jalan kaki. Dengan niat tulus mencari uang halal, dijalaninya dengan sabar. Sebab tidak mungkin setiap hari melewati jalan yang sama, karena kemungkinan mendapatkan pelanggan kecil. Tidak setiap hari sepatu yang dijahit sebelumnya kembali direparasi.

Untungnya aturan tukang sol sepatu tak seperti metrotrans. Di Batam misalnya, kalau ada metrotrans rute A menaikkan penumpang di rute B dipastikan antarsupir bakal adu mulut. Enaknya tukang sol sepatu, semua jalan tak ada yang berani mengklaim wilayah perorangan. Pemandangan biasa Ujang bertemu dengan rekan-rekan seprofesinya saat tengah sama-sama mencari pelanggan di sebuah perumahan atau lokasi yang sama.

Rezeki adalah berkah. Itu juga yang dipercaya Asep (20) dan Burhan (21), dua tukang sol sepatu yang ditemui usai menjalankan sholat Ashar di Masjid Al Uswah, Batu 10. Menyadari celana yang dipakai untuk jualan bisa saja terkena najis, keduanya menyiapkan sarung saat sholat. Mereka harus bergantian.

Sama seperti Ujang, Asep dan Burhan juga berasal dari Garut. Menurut pengakuan keduanya, kebanyakan tukang sol sepatu berasal dari sana. "Di mana-mana, ada yang di Papua, Kalimantan, Sulawesi. Pokoknya tersebar di semua wilayah Indonesia," kata Asep. Di Tanjungpinang saja ada kira-kira 70-an tukang sol sepatu.

Pekerjaan ini bisa menjadi bagian dari kehidupan pelakunya. Burhan mencontohkan, masih ada warga Garut berusia 60 tahun yang setia menekuninya. Motivasi datangnya bisa dari mana saja, termasuk kesuksesan tetangga mereka di kampung halamannya. Ada yang berhasil membangun rumah bagus, membeli mobil keluaran terbaru dan mengembangkan usaha lain dari modal menjadi tukang sol sepatu.

Sepasang sandal yang disol dikenai biaya minimal Rp10 ribu. Kecil untuk ukuran dunia bisnis. Ujang, Asep dan Burhan pun tahu itu. Tetapi memang itulah profesi mereka yang diawali dengan latihan menjahit berhari-hari. Hal biasa saat berguru daging jari tangan tertusuk mata pengait atau tersayat pisau. Kalau nasib mereka baik, bisa sukses dari usaha ini, tak ada yang tahu. Jika saat ini setiap hari harus mengukur jalan, mereka ihlas sambil tetap berdoa agar selalu ada rezeki. Mereka percaya, tukang sol sepatu tetap dibutuhkan, bukan hanya warga kelas menengah ke bawah. "Saya sering kok dipanggil menjahit sepatu milik orang kaya. Masuk rumah bagus, ada mobilnya di garasi," ujar Burhan.

Sol sepatu... sol sepatu. Pasti Anda akrab dengan suara ini.
Read More..

vonis untuk saudara

sekelompok massa mendatangi kejari tanjungpinang, selasa kemarin. intinya, sebuah organisasi keagamaan yang ada di daerah ini dinyatakan aliran sesat. aku kembali berpikir, siapa yang tak kenal amerika? biang keroknya, keraknya, embahnya negara anti rasialis, tetapi yang terjadi sekarang mereka justru memiliki presiden berkulit hitam.

sedangkan kita, begitu mudahnya menudingkan jari ke arah orang lain lalu mengatakan dia berbeda dengan kita. urusan agama, sampai kapan pun akan begitu mudah menyulut reaksi. kalau ada pengarang buku yang menulis aliran a, b, atau c adalah sesat, akan sangat mudah menuai kritikan maupun dukungan. wong memang begitulah endonesa (jujur saja, kadang kita susah sekali mengatakan indonesia, bukan?).

jauh sebelum negara ini merdeka, nenek moyang kita sudah menganut kepercayaan. ada yang dikatakan animisme, dinamisme dan sebagainya. toh mereka dulu rukun. saat zaman terus berkembang, merdeka sudah kita raih, entah berapa banyak gesekan terjadi yang bersumber dari satu hal: apa yang dilakukan orang lain tak sama dengan yang kita lakukan. bukankah tuhan maha adil, kalau sudah percaya hal itu tentu sebagai manusia meyakini hakim paling hebat, yang tak mempan disogok segepok duit adalah tuhan semata.

sebab, aksi dan reaksi atas masalah yang menyangkut agama dan kepercayaan di negeri ini biasanya tak begitu saja padam. kalau mereka yang berada di pucuk pimpinannya punya dasar kuat, pasti meykinkan jawabannya saat debat, tak selalu demikian dengan warga yang hanya tahu sedikit lalu ikut bergerak.

aku sendiri selalu memilih untuk tidak terjebak dalam pemikiran: aku paling benar, paling baik, bahkan paling salah. karena aku manusia biasa. aku ingat pesan guru ngajiku waktu kecil, jadilah manusia yang bisa merasa. bisa merasa diri ini banyak kekurangan, bisa merasa manusia memang tak pernah puas akan apa yang telah diperolehnya, bisa merasa banyak orang lain yang lebih hebat, bisa merasa dunia adalah lembaran terjal yang harus dilalui dengan hati-hati agar tak terperosok dalam prasangka atau iri hati, bisa merasa bagaimana penderitaan orang lain akibat ulah kita, bisa merasa tak selalu apa yang kita anggap benar adalah benar di mata orang lain apalagi tuhan.

tidak terkurung dalam idiom merasa bisa. karena akan melahirkan pemikiran merasa bisa mempecundangi orang lain, merasa bisa lebih baik hanya dengan sekali berbuat, merasa bisa menjadi kawan baik, merasa bisa membantu orang lain dengan perbuatan yang didasarkan atas pemikiran pribadi atau kelompok, merasa bisa menjadi orang hebat dan merasa bisa yang lain...

tentu saja, kedatangan massa ke kejari memiliki landasan. dan akan semakin panjang daftar gesekan antarmanusia jika ada kelompok lain yang menandinginya. indonesia (benar ejaannya?) kan begitu. pihak a maju, pihak b tak terima. suatu waktu gantian maju. kalau ketemu di suatu waktu, bentrok!
Read More..

bukan putera daerah

sekelompok massa kemarin menolak pelantikan kepala dinas pekerjaan umum provinsi kepri yang baru. mereka mempertanyakan mengapa yang dipilih gubernur bukan putra daerah, melainkan orang dari jakarta. apakah memang tak ada lagi putera daerah yang mampu memangku jabatan tersebut?

jawaban pihak gubernuran: dipilihnya orang yang dekat dengan pemerintah pusat adalah untuk mempermudah lobi serta hubungan yang selama ini telah dilakukan kepala dinas pekerjaan umum sebelumnya.

kalau massa mempertanyakan pelantikan kadis pu baru, kepala bkd di lingkungan pemprov justru belum pernah bertatap muka dengan calon kadis pu baru tersebut. bahkan pejabat ini tak tahu nama lengkap calon kadis pu tadi.

massa tetap pada pendiriannya. prinsip mereka: percuma saja jika pejabat tidak didukung oleh masyarakat. demo, unjukrasa, penggalangan massa memang bukan hal baru sejak digulirkannya reformasi. aku jadi ingin sekadar membolak-balik kenangan akan reformasi, penguasa orde baru ditumbangkan. sayang mahasiswa hanya menumbangkan penguasa, bukan menyiapkan sistem baru. hasilnya, zaman reformasi keadaan bukan lebih baik. kalaupun ada indikator ke arah perbaikan, masih terlalu jauh dari angan-angan mahasiswa.

semoga pilihan orang-orang pintar atas kepala dinas pekerjaan umum yang baru sudah mempertimbangkan banyak hal. dan semoga massa tak terjebak pada primordialisme sempit. yang paling pas menurut aku: sebuah kebijakan publik membuat pemerintah lebih bergairah melayani masyarakat dan sebaliknya, masyarakat mendapatkan pejabat yang bisa diajak curhat, berbagi rasa untuk kemajuan daerah tempatnya ditugaskan.
Read More..

balap is the part of young men

menikmati malam minggu di kedai tenda, kawasan bintan center, batu 9, tanjungpinang. segerombol anak muda asyik berbincang di meja bundar di salah satu kedai. mereka memesan kopi panas, mie ayam atau sekadar merokok. sekilas, mereka terlihat seperti anak-anak sekitar. padahal, mereka datang dari batu 47 arah uban.

apa gerangan yang membuat mereka turun gunung? bahkan katanya setiap malam minggu? tak lain dan tak bukan, bertarung dalam balapan liar. tentu mereka sadar, tentu mereka paham, kegiatan itu tak disukai polisi, dibenci sebagian warga yang menganggap kegiatan tersebut tak ada gunanya. main-main dengan nyawa. itu mereka... lain dengan anak-anak muda yang doyan ngebut ini.

meski harus kejar-kejaran dengan polisi, tetap saja tak kapok. meski motor dijaring dan menginap di kantor polisi berbulan-bulan hingga akhirnya ditebus dengan sejumlah uang yang seharusnya bisa dipakai untuk membeli baju atau celana baru daripada dikasihkan polisi begitu saja, balapan liar tetap berlangsung. ada yang patut kita acungi jempol dari komunitas semacam ini: kekompakan.

"harusnya teman saya tak memberi tahu polisi di mana alamat saya. eh malah ditunjukkan, termasuk keterangan kalau saya punya bengkel oprek sepeda motor," ungkap seorang remaja yang dari awal pembicaraan suka berteriak keras kepada teman-temannya kalau ia tak menyukai apa yang dilakukan gengnya.

tak takutkah mati? ia menunjuk temannya yang sedang memasang stiker di kaca lampu depan motornya. "dia pernah sekarat. motor yang dikendarainya ditabrak tepat di tengah, yang menempel tinggal karburatornya. kepalanya dijahit entah berapa buah. biaya pengobatannya saja menghabiskan 90-an juta. kami temannya. tahu bagaimana resikonya. tetapi jiwa kami tetap balapan liar," jelas seorang pembalap liar.

dari bincang-bincang malam itu, ada pertanyaan untuk kita: akankah bakal ada arena balap resmi untuk mereka untuk berlatih dan bertanding? kalau hanya event yang tak tentu digelar sekian bulan sekali, tak sebanding dengan kuantitas latihan yang dilakukan hampir setiap malam minggu.
Read More..

si buta yang tak buta harapan

ia menyebutkan namanya, berasal dari sumatra utara. meski kedua matanya tak mampu melihat, lelaki yang kini tinggal beserta istri dan anak balitanya di bawah simpang lampu merah barek motor ini merantau ke negeri orang untuk kehidupan dan penghidupan yang lebih baik. sudah tiga tahun ia jalani kehidupan di kijang sebagai pemijat tuna netra.

tentu saja kepergiannya ke kijang bukan asal-asalan. banyak kawan-kawan senasibnya yang kini sukses sebagai pengusaha panti pijat tuna netra. apalagi, berdasarkan pengalamannya di kampung halamannya, pemerintah setempat aktif melakukan pembinaan. kepandaiannya memijat orang bukan turun dari langit. atau warisan buyutnya. ia belejar di sekolah khusus pemijat tuna netra di bandung. ongkosnya? ditanggung pemerintah setempat.

begitu lulus, diarahkan untuk membuka tempat usaha. modal disiapkan, meski setiap waktu dipantau secara cermat oleh pemerintah daerah. bayangan itulah yang ada dalam benak lelaki tadi. nyatanya begitu menginjakkan kakinya ke kijang ia harus bekerja sendiri. ia percaya tuhan akan membantunya. setiap hari, ada saja warga yang datang ke rumah sewanya yang tak begitu besar.

rumah itu disewanya rp 300 ribu sebulan. bukan beban yang berat baginya, yang biasa dibayar rp 30 ribu sekali pijat. sesepi-sepinya tamu, ia mengaku masihlah ada satu orang setiap hari. toh pemijat tuna netra ini tak buta harapan. ia tetap manusia, ingin memperbaiki nasib. apalagi ada istri dan anak yang fisiknya normal. ia ingin mendapatkan bantuan modal dari pemerintah setempat. bukan minta, pinjam.

hanya satu dalam benaknya, membuka panti pijat tuna netra dengan lokasi yang lebih pantas. tidak seperti sekarang, ruang praktiknya ya kamar yang dipakainya untuk tidur. "kapan ya ada yang bersedia meminjamkan modal untuk orang seperti saya?" tanyanya.
Read More..

Tuesday, April 28, 2009

dua hari sekali

diobok obok airnya diobok obok, ada ikannya kecil-kecil pada mabok. itulah sepenggal lagu yang dinyanyikan joshua kecil. menggambarkan betapa asyiknya ia bermain air. itu bagi joshua, bagi aku... nunggu dua hari sekali air ledeng hidup.

jangan ditiru, aku termasuk orang yang paling malas mencuci. apalagi kalau air habis, pakaian menumpuk. biasanya aku bawa ke batam setiap minggu untuk dicuci. malas, ya? belakangan ini air mengalir malam, artinya aku harus berjaga kalau tak ingin ketinggalan kereta. pagi kadang masih mengalir, tetapi tak lama kemudian mati.

aku tinggal di ibukota provinsi, bukan kota kecil yang biasa bagi warganya mandi di sungai. yah, mungkin pemerintah tengah pusing memikirkan bagaimana mengurus air agar lancar. agar warganya bisa mandi dengan tenang, kapan saja. soal mandi, aku pernah punya pengalaman menarik. yakin jika malam itu air mengalir, aku dan teman menunggunya. eh, tak juga mengalir sampai pagi. ya sudah, kelabakan jadinya. bahkan untuk buang air besar pun harus menyelinap ke toilet masjid. masjid di komplek perumahan hang tuah permai dan masjid raya depan gor kacapuri adalah dua tempat yang menjadi saksi mati betapa kelabakannya aku saat jadwal air seharusnya mengalir ternyata molor juga.

ada berita, debit air di waduk sungai pulai yang menjadi gantungan kebutuhan air menurun drastis. waduh, berarti kemungkinan lambat ngalir bakal menjadi sesuatu yang mau tak mau harus dianggap biasa. ah, bukan hanya aku kok yang kesulitan air. nyatanya warga tanjungunggat pun mengalaminya. aku pernah mendengar langsung seorang caleg membantu berdrum-drum air bersih untuk warga setempat sebagai bentuk sosialisasinya.

sampai kapan?
Read More..

kutunggu kehadiranmu

sebenarnya menjelang malam sampai dini hari adalah saat yang membuatku betah berlama-lama di depan televisi. itulah yang kulakukan di batam. apalagi sejak demam teve kabel melanda. hanya dengan rp 50 ribu sebulan, bisa milih acara sesuai keinginan. sedikitnya 24 saluran tampak bening di layar, belasan sisanya tampak juga, cuma ada banyak semutnya. toh kalau memang pas ingin ditonton ya dipelototi saja.

tiga bulan sudah aku di tanjungpinang. kebetulan tinggal di hang tuah, batu 12. menurut perhitungan kasarku sih perumahan dengan ratusan rumah ini sudah cukup sebagai ladang investasi teve kabel. tetapi hingga hari ini aku hanya bisa menyaksikan tayangan beberapa televisi swasta nasional dan beberapa televisi negara tetangga yang kadang malah lebih jelas.

meski akhirnya aku terbiasa dengan kondisi tersebut, masih terbersit harapan suatu hari nanti jaringan teve kabel masuk ke perumahan ini. kalau di kota sih ada. ah, mungkin begitulah nasib orang pinggiran.
Read More..

aroma di tengah jalan

perjalanan dari tanjungpinang ke kijang sebenarnya tak lama. setengah jam, tak perlu ngebut, sampai juga. setiap kali ke sana, satu yang membuatku harus menambah laju kendaraan karena bau. dan ini tak akan bisa dihindari, apalagi oleh setiap pengguna sepeda motor sepertiku.

bau tersebut bersumber dari pabrik karet yang ada di batu 18. di sini memang terdapat pabrik karet yang cukup besar. pernah suatu hari aku masuk ke areal pabrik. belasan buruh tengah menggotong lembaran-lembaran karet. mereka sibuk. bukan hanya karet dari petani setempat yang masuk ke pabrik ini, juga karet dari daerah lain sekitar pulau bintan.

pertama kali mencium baunya, aku mengira itu peternakan babi. baunya benar-benar menusuk. aku sendiri tak tahu pasti apakah mencium aroma ini bagi mereka yang setiap hari melintasinya tak berpengaruh dengan kesehatan. bagi anda yang susah membayangkan bagaimana aroma karet tersebut, silakan mencoba. siapa tahu nanti bersedia memberikan komentar pada tulisan ini.
Read More..

Monday, April 27, 2009

ah, aku saja tak ada yang peduli

begitulah kita. anda merasa sebagai warga tanjungpinang atau pulau bintan? tahukah saat ini ada sebuah grup musik lokal yang minta doa restu, mencoba menerobos dinding pencari bakat yang diadakan sebuah produk terkenal di negeri ini? ya, namanya miru band.

begitulah kita. kadang terlalu tak peduli terhadap sesuatu yang dinilai tak ada keuntungannya buat kita. cuek. aku jujur saja iri dengan perhatian mereka yang begitu getol membela grup dari daerahnya meski dihujat. siapa sih yang dulu kenal kangen band dari lampung? jangan tanyakan soal suka atau tidak suka, karena jawaban yang akan kuberikan pasti satu: tidak suka.

maaf, aku bicara dukungan, bukan kangen band-nya. lihatlah pemerintah daerah lampung, mendukung penuh grup band tersebut. dan akuilah, saat ini grup musik tadi dikenal banyak orang. mungkin saja kebanggan kita warga tanjungpinang masih mengakar pada sosok bernama andi liany. sudahlah, kita tanamkan dalam hati almarhum hebat. tetapi hendaknya tidak melupakan bakat penerusnya.

jarang sekali berita tentang keberanian grup lokal daerah ini menembus mayor label dikupas habis-habisan di media. media lebih suka jor-joran berita mengenai pileg yang amburadul. dpt yang dipermasalahkan banyak pihak. bukankah kepedulian tak harus ditunjukkan lewat materi?

bukalah di facebook, ada yang begitu peduli dengan miru band dan menuliskan kalimat permohonan untuk turut mendoakan keberhasilannya. atau jangan-jangan kita berpikir: ah, aku saja tak ada yang peduli. padahal hidup serba pas-pasan. bukan anda saja, aku juga lebih sering begitu. bagaimana kalau sekarang kita lebih saling mengenal? biar bisa sama-sama berdoa. bukankah kekuatan doa banyak orang lebih bagus?

semoga...
Read More..

sedikit tetapi tugas

gunung lengkuas belakangan ini menjadi sorotan. bukan didaki para pendaki. keindahannya semakin pudar. tetapi yang paling penting, pepohonannya dikhawatirkan berganti rupa dengan perumahan warga atau alih fungsi lainnya.

sebelumnya, temanku yang membuka usaha air minum isi ulang mengeluh lantaran para pencari batu untuk dipecah menjadi material bangunan merambah kawasan hijau ini. tahulah kalau batu sebesar gajah yang dibongkar, akar pepohonan di sekitarnya akan tercabut. menimbulkan bopeng tanah. sebagai warga yang mengandalkan mata air alami dari sini, pantas ia khawatir.

bukan itu saja, warga juga sudah berani mencabut patok-patok batas hutan lindung di kawasan ini. kepala dinas pertanian dan perkebunan kabupaten bintan beberapa hari lalu memberikan komentar, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan. menurutnya, yang dicabut memang baru sedikit, namun sosialisasi adalah tugas yang ada di pundaknya.

banyak pertanyaan di otakku: mengapa warga nekat mencabuti patok batas hutan lindung? mengapa pemerintah baru bertindak (biasanya) setelah terjadi sesuatu?
Read More..

Saturday, April 18, 2009

uang palsu untuk penjual es

namanya dwi, setiap hari mangkal di batu 10, di bawah pohon seberang kiri jalan ke arah kijang kencana. hanya ingin merasakan cendolnya, saat siang itu saya duduk di sampingnya. lantas dia cerita, baru-baru ini ditipu orang. ada orang membeli segelas es cendolnya seharga rp4 ribu. dan dia membayar dengan selembar rp100 ribu.

pas lagi ramai, biasanya dwi menyimpan terlebih dahulu lembaran uang dengan nilai di atas rp10 ribu. tetapi siang itu ia keburu melayani pembeli misterius tadi. kalau mengatakan tak ada kembalian, namanya menolak pembeli. ya sudah, si lelaki bersepeda motor akhirnya mendapatkan segelas es pesanannya. ia minta dibungkus.

duitnya masih sisa rp96 ribu. dwi menghitungnya kembali sebelum menyerahkan kembalian itu. begitu diserahkan, si lelaki langsung tancap gas. seolah ia yakin kembalian yang diterimanya jumlahnya benar. dwi berniat memasukkan rp100 ribu tadi, dan saat itulah ia melihat ukuran uang itu lebih lebar dibandingkan uang dengan nilai yang sama. penasaran, pedagang yang sehari kadang untungnya tak sampai rp100 ribu ini menanyakan keabsahan uang rp100 ribu ke pemilik toko terdekat.

dan lemaslah lutut dwi. dipastikan uang itu palsu. toh dwi hanya pedagang kecil. yang dilakukannya hanya pulang tanpa menunggu sisa es cendolnya habis.
Read More..

Sunday, April 12, 2009

saya dicurangi

sebuah usaha yang sangat mapan ditinggalkan. saya katakan mapan, karena penyalur produk terkenal di seluruh pulau bintan. apa yang membuatnya nekat melepaskan semua itu? partai politik. toh kenekatan teman saya tadi terbayarkan, namanya terpilih sebagai wakil rakyat periode kemarin.

pemilu 2009 ini, teman saya kembali mencalonkan diri. masih di partai yang sama. maklum, teman saya ini termasuk anggota dewan yang "kurang pintar". ia lebih suka menentang kebijakan yang dibuat teman-temannya ketika dianggapnya tak sesuai hati nurani. selama lima tahun menjadi anggota dewan, teman saya hidupnya ya begitu-begitu saja. mobil yang dulu dibelinya dengan hasil usahanya kini berganti dengan mobil pinjaman negara. rumahnya ya seperti itu.

kampanye baru-baru ini, jangan harapkan melihat baliho teman saya di sudut-sudut kota. ia percaya diri, bahkan terlalu percaya diri. pasalnya, selama menjadi anggota dewan ia kerap mengunjungi warga yang tertimpa masalah. kedekatan yang saya lihat cukup bagus antara warga dengan wakilnya. menjelang pencontrengan, teman saya mencoba mempromosikan diri lewat iklan di koran. ia juga diberitakan.

di lapangan, ketika kampanye banyak simpatisan yang berteriak, menyerukan yel-yel dukungan untuk teman saya. saya lihat teman saya tersenyum cerah dari atas panggung.

hari h tibalah sudah.

saya sengaja tak menelepon teman saya. dan sehari usai contrengan, ia mengirimkan sms kepada saya. isinya: saya dicurangi. ia tak percaya suaranya baru sekian dari jumlah yang diharapkan. dari nada bicaranya, teman saya sepertinya pasrah. biasanya, ia bicara cukup tegas, penuh semangat. namun kemarin ia justru menanyakan peluangnya kepada saya. lha saya yo ndak tahu, lha wong saya juga nunggu hasilnya dari berita di koran dan teve.

entah resah entah bingung, teman saya bermaksud menanyakan peluangnya terpilih sebagai anggota dewan periode kedua kepada seorang paranormal. lah, saya terkejut. kalau percaya bahwa selama ini baik kepada masyarakat yang diwakilinya, ya pasrahkan saja kepada tuhan. toh sampai detik ini saya percaya tuhan itu hebat. ia bisa apa saja. manusia sih tak ada seujung kuku tuhan. bahkan seujung kuku pun menurut saya tak ada. wong tuhan itu serba maha kok. belum tentu lho pihak lain yang menggunakan kata maha terus hebat. contohnya grup band maha yang diorbitkan dan diproduseri oleh motivator kondang negeri ini, reza m syarief. justru lebih tenar kangen band yang musiknya bikin tersenyum sendiri. (biasa pendengar kan bisanya protes, padahal kalau disuruh bikin lagu belum tentu jadi ya...)

saya masih menunggu kabar selanjutnya dari teman saya.
Read More..

tiba-tiba sksd

begitulah caleg-caleg kita. tiba-tiba di bawah lubang pintu depan rumah teman yang saya tumpangi menumpuk selebaran. bukan promosi dari toko baru, melainkan caleg-caleg yang mengenalkan dirinya. ada yang hanya berupa kartu nama, kartu nama dilaminating, foto caleg beserta program-programnya, brosur berisi data diri dengan sederet jabatan meski masyarakat tak tahu apakah ia berperan dalam jabatan yang ditulisnya atau tidak.

yang duitnya banyak bikin promosinya lumayan bagus, pakai kertas glossy. yang duitnya pas-pasan bikinnya seperti buletin jumat. yang duitnya mpot-mpotan juga tak mau hanya pasrah, meski hanya selembar kartu nama.

lha calon wakil rakyat kok pingin dikenalnya instan begitu. saya jamin, lebih banyak warga nggak mengenal calegnya. dan apa yang saya lihat atas apa yang dilakukan teman saya pemilik rumah dengan tumpukan promosi caleg tadi hanya tersenyum. "buat apa ngirim kartu nama, kalau di jalan juga nggak tahu yang mana orangnya," kata dia.

hanya itu. artinya tak ada tindak lanjut. ibarat tamu, mengucapkan salam atau mengetuk pintu, begitu ditawari masuk baru duduk. lalu berbincang, dari masalah umum ke pribadi. apalagi kalau bukan rencana maju ke kursi dewan. yang terjadi, entah siapa yang disuruhnya mengirimkan promosi itu ke rumah-rumah. ya dicueki warga. mungkin kalau diberikan sendiri, kenalan sendiri paling tidak warga tahu. sosl dipilih atau tidak, ya terserah apa yang sudah dilakukannya selama ini.
Read More..