Monday, March 30, 2009

operasi baliho


operasi bukan hanya dilakukan pada kulit manusia atau sesuatu yang hidup. benda mati, kalau memang dibutuhkan untuk operasi ya dilakukan juga. tak percaya? lihat saja gambar yang saya ambil di kijang pagi tadi. melihat baliho bergambar seorang caleg, bukan wajahnya yang pertama menarik hati untuk turun dari mobil kawan lalu jepret, ambil gambar.

lebih menarik justru bekas operasi di mata dan sebagian hidung sang caleg. saya percaya, bekas operasi ini bukan dibuat atau disengaja oleh desainernya. lha wong kalau perlu gambar di brosur atau baliho dipoles sedemikian rupa biar menarik hati calon pemilih. yang jerawatan dihilangkan pakai tool-tool yang lengkap di photoshop atau program pengolah foto lainnya. yang hidungnya pesek dimancung-mancungin. kalau bekas operasi yang tampak dalam gambar ini dilakukan seseorang dengan sengaja, sungguh saya secara pribadi menyesalkannya.

boleh saja pelakunya memiliki jagoan lain. boleh saja ia tak suka dengan si caleg ini, boleh juga ia tak simpatik, tetapi apakah harus dengan seperti ini caranya? demokrasi memang mudah dikatakan, sangat sulit dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Read More..

Saturday, March 28, 2009

yang merah tak harus berhenti

Setiap kali menunggu lampu merah di simpang barek motor kijang, pasti ada yang cuek bebek dengan isyarat lampu pengatur lalulintas. Pikir saya, apakah menanti menyalanya lampu hijau dianggapnya perbuatan sia-sia belaka?

Padahal jelas, lampu isyarat tadi dipasang untuk keselamatan warga di jalan raya. Sebenarnya juga, mereka yang sok jagoan, yang tak peduli lampu menyala merah, kuning, hijau cukup sadar akan lebih aman menaati aturan yang sudah ditetapkan. Saya berani menjamin warga tahu merah bukan PDI, kuning Golkar dan hijau PPP, melainkan tanda berhenti, bersiap dan jalan. Ada seorang warga yang mengatakan, buat apa menunggu merah menyala. Diterobos juga nanti tetap merahnya menyala kok. Aduh, pikir saya.

Dan baru-baru ini saya hampir terjatuh karena seorang pengendara tiba-tiba menyalip dari arah kanan, saat saya bersiap berhenti karena lampu merah menyala. Rupanya ghostrider tadi memilih jalan lapang untuk menerobos lampu merah. Jika dia langsung, terhalang truk besar di depan saya. Tak hanya membuat saya kaget, pengendaranya tadi masih sempat memaki saya. Jujur saja, saya sempat mengeluarkan balasan makian meski tak didengarnya.

Entah sudah berapa kecelakaan di simpang ini. Tetap saja banyak yang ndableg. Atau nunggu jadi korban berjatuhan baru sadar? Read More..

ada apa dengan bibcom

bintan island blogger community, sebut saja bibcom, sebuah wadah blogger yang ada di pulau bintan. bagus, saya suka, bangga, saat baru pindah ke pulau ini ikut meramaikan pelatihan blog untuk pelajar se-tanjungpinang di sekolah pelita nusantara. terlihat sekali semangat kawan-kawan untuk menyongsong datangnya masa blog di kota ini. apalagi walikota tanjungpinang, suryatati a manan bersedia hadir. ada juga anggota dewan begitu serius mengikuti jalannya pelatihan.

saya membayangkan, pasti teman-teman bibcom bekerja keras agar acara ini terselenggara. sebuah komunitas tanpa anggota, mungkinkah? pasti dari dasar pemikiran itu pelatihan dilaksanakan, biar pelajar yang dilatih pada bikin blog. kalau semua pelajar (jangan sebut yang sd, tetapi kalau memang bisa mengapa tidak ya?) di tanjungpinang memiliki blog masing-masing, betapa ramainya lalulintas artikel di bibcom.

lihat juga, betapa antusiasnya pelajar menyimak materi tentang blog. sejumlah pertanyaan dilontarkan, pertanyaan untuk blogger awal sih, namun cukup membuat hati senang. logo bibcom yang penuh warna, saya juga suka. menyiratkan harapan yang besar kelak kemudian hari.

sayang, kabarnya belakangan ini sesama anggota bibcom ada sedikit ketidakcocokan.

lalu saya sedih, belumlah cukup umur bagi bibcom untuk merambah niat yang belum kesampean. baru satu kegiatan yang dilakukan (selain kopi darat tentunya). masih banyak yang bisa dilakukan untuk menjangkiti warga kota dengan virus blog. saya masih menggantungkan kaos berlogo bibcom di almari gantung saya. saya simpan. tetapi selalu saya lihat saat membuka pintu almari hendak ganti baju.

warna logo itu meriah, warna-warni. seperti tersenyum kepada saya, selamat pagi itu yang paling sering diucapkannya. jarang ia mengatakan selamat sore atau malam, karena air di rumah saya memang kadang tak hidup. tetapi kalau pagi saya usahakan untuk tetap mandi, dan saling sapalah kami. antara saya dengan logo bibcom tadi. kalau sore, boro-boro mandi, pulangnya saja malam. kata pak dokter, jangan pulang malam-malam. atau bibcom perlu dibedah dokter agar kembali bisa tertawa diantara kita? syaratnya sang dokter tak boleh satu, melainkan kita. semuanya...ketik sisa postingan sampai selesai Read More..

untung saya laki-laki

cerita orang-orang, nyaman naik kapal roro dari punggur - uban atau sebaliknya. pas mau balik ke batam, saya berangkat pagi-pagi dari tanjungpinang. kebetulan ada kawan yang ngajak. kapal berangkat pukul 08.00 wib. rupanya sampai pelabuhan kepagian.

yang harus dilakukan, membayar biaya perjalanan yang sudah ditetapkan. masih ada waktu, kami duduk-duduk di pelataran luas di depan jembatan masuk ke kapal. ada setengah jam, ada yang mendesak untuk dikeluarkan. saya tanya teman yang ngajak tadi, disuruh pergi ke balik bangunan yang tak tahu itu dulunya untuk apa karena memang tak ada papan namanya. cepat-cepat, setengah berlari saya menuju petugas pencatat tiket yang tadi kami lewati. waduh, wc-nya memang alami.

akhirnya saya balik lagi. saya lihat kawan yang tadi menyarankan saya ke balik bangunan di sampingnya tersenyum. apa boleh buat, saya pun mengikuti saran kawan. celingak-celinguk, pelan-pelan kedua tangan saya turunkan. agak takut-takut juga memulainya. setelah yakin aman, ya sudah akhirnya terlaksana juga. baunya alamak, mungkin sudah berliter-liter air kencing tertumpah di tempat saya berdiri.

usai itu, saya kembali menjumpai kawan. yang ada dalam benak saya, untung saya lelaki. kalau seorang calon penumpang roro kebelet separti yang saya alami, kemana dia berlari. kalau lelaki sih simpel saja, sambil berdiri juga bisa. nah, kalau kaum hawa? pasti ribet dan banyak upaya tambahan agar acara buang air kecilnya aman, nyaman dan terkendali. menghadapi kenyataan ini, rupanya bukan pengelola pelabuhan yang peduli, melainkan calon penumpangnya sendiri.

begini, jangan keburu menyangka mereka yang buru-buru menaiki kapal roro hanya ingin mendapatkan tempat duduk favorit. ternyata, dari keterangan beberapa penumpang, sesaat setelah kapal meninggalkan pelabuhan tanjunguban, mereka ingin buang air kecil yang bisa dengan mudah ditemukan di atas kapal roro.
Read More..

Friday, March 27, 2009

dia dulu wartawan

sesekali main ke kpu kabupaten bintan yang ada di kijang. entah sudah berapa kali saya ke tempat ini, selalu saja ketuanya tak ada (memang ketika saya hubungi hapenya sedang tugas). keberuntungan itu akhirnya datang juga, meski sang ketua tak ada akhirnya ada kesempatan buat tulisan tentang pelipat surat suara. oleh pak satpam saya disarankan ke lantai dua ruko samping kantor kpu.

cetok cetok cetok, alas sepatu saya berbunyi menaiki tangga. di atas saya berjumpa dengan seorang pegawai kpu yang tengah mengawasi warga yang melipat surat suara. saya minta izin untuk sedikit wawancara. begitu tahu maksud saya, sama bapak yang satu ini saya disarankan menjumpai pak anu. alasannya begini, setiap wartawan yang mau wawancara biasanya ke pak anu karena dia dulu wartawan. kalau kamu lama di sini pasti tahu namanya. takutnya saya nanti kurang pas ngasih keterangan.

sebenarnya, yang saya tanyakan tak ada kaitannya dengan pak anu yang bekas wartawan. pak anu bagiannya A, padahal yang hendak saya buat beritanya seharusnya orang kpu yang menangani bidang B. setelah sedikit bicara, akhirnya saya bisa melakukan wawancara dengan narasumber yang tepat. saya diajak ke lantai dua, menyaksikan puluhan warga sibuk melipat surat suara. ada yang berkempok ada juga yang sendiri-sendiri. yang kelompok terdiri dari empat orang, nanti hasilnya dibagi rata, dihitung dari jumlah surat suara yang berhasil dilipat. bahkan ambil foto juga oke.

akhirnya dapat juga berita dari kpu. ketika saya hendak balik, sama narasumber yang ini juga disarankan ke pak anu. waduh, mengapa harus ke dia ya? dan saya juga tak tahu, apakah bekas wartawan yang bekerja di sebuah institusi juga selalu diberi tugas menghadapi wartawan-wartawan yang ingin mencari berita? dan saya memilih untuk menuliskan apa yang saya dapat dengan catatan, narasumber saya memang kompeten, informasinya berimbang jika memberitakan sesuatu yang menyangkut dua pihak.
Read More..

sarjana penjual air tebu

seorang ayah bercerita kepada saya tentang anaknya. sang ayah bukannya orang kaya, dia berasal dari kampung pelosok di jawa timur. merantau ke berbagai daerah di indonesia sebelum akhirnya jatuh cinta kepada seorang perempuan di tanjungpinang. dengan kerja keras, orangtua ini menyekolahkan anaknya dari tk, sd, smp, sma hingga mampu kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di jakarta. kalau saya sebutkan pasti anda tahu. sudah jelas berapa banyak duit yang dikeluarkan untuk biaya kuliah si anak.

yang diharapkan orangtua kepada anaknya yang kuliah adalah lulus. dan si anak lulus, dengan nilai yang lumayan membanggakan tentunya. nasib baik, si anak diterima bekerja di batam. gelar sarjana ekonomi akuntansinya masih cukup mengundang minat perusahaan bonafid di batam untuk mempekerjakannya sebagai pegawai. mapan.

tiba-tiba saja ia banting stir. tentu saja keputusannya membuat bapak ibunya sempat terkejut. mengapa, ada apa, bagaimana nanti? wajar, siapa orangtua yang ingin anaknya hidup susah kelak? mau tahu pekerjaan apa yang dipilih sarjana akuntansi ini? berjualan air tebu. jangan remehkan tebu bung! sebatang tebu harganya seribu perak, ketika digiling bisa dijadikan dua botol. per botol harganya tujuh ribu perak. bisa juga dibeli per gelas, begitu digiling gelas ditaruh di bawah tempat keluarnya air tebu gilingan. mau tahu berapa batang tebu sarjana ekuntansi ini bisa menghabiskan tebu dalam sehari?

minimal 100 batang tebu.
Read More..

Monday, March 23, 2009

salam tempel

memasuki pintu gerbang kawasan wisata lagoi, kabupaten bintan, beberapa minggu lalu, kawan saya merogoh saku celananya. diambilnya rp20 ribu, kaca depan kanan dibukanya. seorang satpam berseragam menghormat sambil menyapa hendak kemana. sambil tersenyum, kawan menjulurkan tangannya dan rupiah itu pun berpindah.

ketika saya tanyakan, mengapa harus memberinya duit, teman saya yang bermata sipit menjawab daripada dipersulit urusannya. memang, kawan saya mengantarkan pesanan dari seorang petinggi hotel yang ada di areal wisata internasional ini. kalau dijelaskan oleh kawan saya siapa yang pesan, menurut saya akan diperbolehkan juga masuk. kecuali pesanannya bahan-bahan berbahaya. demikian juga dengan satpam yang menghadang, begitu mendapatkan salam tempel mobil yang kami tumpangi tak diperiksa. padahal siapa tahu saya menyembunyikan bom di bawah jok mobil, he he...

sepulangnya, saya tetap menyindir teman mengapa harus membiasakan diri dengan salam tempel tadi. kalau urusannya benar kan tak perlu pakai kebiasaan tersebut. bila dibudidayakan, satpam juga bisa menaruh harapan setiap kali ada tamu masuk. banyak sekali pemilik kepentingan di kawasan ini, termasuk pemasok barang-barang kebutuhan. mereka pastilah tak harus pakai pengawalan polisi, kadang juga bercelana pendek, berkaos sederhana. kalau sehari saja ada lima orang seperti teman saya, berapa duit di tangan satpam?

atau karena kawan saya bermata sipit? ia masih merasa menjadi warga nedara nomor sekian? gimana to, kan sekarang sudah tak ada lagi kelas dan kasta seperti itu. kalau obyeknya saja tetap merasa berbeda ya bagaimana orang lain mau menganggapnya sama. sampai sekarang, kalau teman saya masuk ke kawasan ini pasti saya sindir, sekadar mengingatkan untuk tidak membiasakan diri dengan salam tempel.
Read More..

Saturday, March 21, 2009

tiang listrik depan rumah

melepaskan dahaga, dari kijang siang itu aku mampir ke kedai milik bu ani yang terletak di km 18. depan jalan masuk ke smp negeri 3 kijang, kabupaten bintan. dari sekedar nanya dari mana, akhirnya ibu berusia paroh baya ini menunjuk tiang listrik di depan rumahnya.

bukannya pamer meski rumahnya sederhana tetapi lsitrik 24 jam nyala, melainkan mengeluh karena tiang listrik itu. usut punya usut, ternyata tiang itu sudah berdiri tahunan, tetapi rumah bu ani sendiri belum tersentuh jaringan listrik pln. untuk nonton teve, keluarganya menggunakan genset. akibatnya, ia kembali bercerita, "kulkas saya usianya cuma tiga bulan."

bukan hanya kepingin merasakan betapa nikmatnya berlangganan listrik pln, bu ani sampai ngiler, mungkin kebawa sampai mimpi. entah sudah berapa kali ia mengajukan diri sebagai pelanggan baru, ke kijang, ke tanjungpinang. nyatanya sampai kemarin ia balum juga bisa merasakan nama besar pln. bahkan ia berani membayar belasan juta bagi orang yang bisa mengusahakan aliran listrik pln ke rumahnya.

ada dua deretan tiang di depan rumah pedagang kecil ini. berseberangan jalan adalah tiang zaman dahulu, lebih kecil dan lebih pendek. yang terakhir yang berada persis di depan rumahnya.
Read More..

kuantitas perlu juga

agak kesal juga mencari-cari markas panwaslu kabupaten bintan tak juga ketemu. sudah lebih dari lima warga kutanya, jawabnya selalu menunjuk bangunan di seberang lampu merah barek motor. aku bilang itu kantor kpu, ada yang mengangguk-angguk lalu bilang ooo. ada yang sok ngeyel dan mengatakan kantor panwaslu juga di sana. padahal, aku baru saja dari kantor kpu. apakah memang kpu lebih populer dibandingkan panwaslu? entahlah.

putar-putar, ah, akhirnya ketemu juga ruko tiga lantai dengan papan nama panwaslu. pas hari jumat, sepi. lantai satu hanya ada dua motor terparkir di depan ruko, satunya di dalam. ada tas tergeletak di kursi, tetapi pemiliknya tak ada. di lantai dua, ada seorang pegawai. setelah dialog sedikit, dari mana, mau ketemu siapa dan sebegainya, aku disuruh ke lantai tiga.

di sini berjumpa ketua panwaslu zulfan dan kepala divisi monitoring dede. waktu sebenarnya tak banyak karena mendekati salat jumat, tetapi banyak yang aku dapatkan dari seorang zulfan, juga dede. rupanya kantor panwaslu sudah pindah tiga kali. dengan jumlah personil yang terbatas, mereka harus mengkover seluruh wilayah kabupaten bintan yang luasnya hmmm (silakan buka peta kabupaten bintan). ada salah satu kecematan namanya tambelan yang hanya bisa dijangkau lewat kapal yang berlayar empat atau lima hari sekali.

kalau zulfan dan kawan-kawannya harus ke sana, berarti 10 hari habis di perjalanan dan masa menunggu keberangkatan kapal. satu-satunya cara ialah memaksimalkan tugas para petugas lapangan yang ada di kecamatan dan kelurahan atau desa. tak cuma ini masalahnya, ternyata di kabupaten belum ada perda yang mengatur titik-titik jalan mana yang boleh dan tidak dipancangi alat peraga pemilu. nah, ketika panwaslu turun untuk melakukan peneguran, parpol bersangkutan bisa-bisa berang. yang dipakai hanya aturan umum tak boleh memasang atribut parpol di tempat ibadah, fasilitas umum, sekolah dan itu-itu lagi.

sebenarnya juga, kata zulfan, institusinya hanyalah pengawas. untuk turun seharusnya menjadi tugas kpu yang bisa saja mengajak satpol pp untuk melakukan penertiban atribut. ah sudahlah, aku tak mau menyeret-nyeretkan diri larut dalam persoalan tersebut. yang aku pikir cuma bagaimana orang-orang panwaslu mengawasi wilayah yang begitu luas. kalau di jawa, hanya dengan sarana bernama kendaraan bermotor semua wilayah jangkauan nyaris terkover semua. meski harus naik turun bukit, jalan becek tetapi tak butuh waktu berhari-hari.
Read More..